Huru Hara Hari Kiamat
HURU HARA HARI KIAMAT
Hari kiamat adalah hari yang besar perkaranya dan berat huru haranya. Pada hari itu, hamba-hamba dihantui rasa takut dan terkejut, dan terangkat padanya pandangan-pandangan gelap. Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikannya atas orang-orang beriman seperti sedakar(?) waktu di antara Zhuhur dan Ashar, dan terhadap orang-orang kafir sedakar (50.000) lima puluh ribu tahun. Di antara huru haranya:
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
قال الله تعالى: فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ نَفْخَةٌ وَاحِدَةٌ (13) وَحُمِلَتِ الْأَرْضُ وَالْجِبَالُ فَدُكَّتَا دَكَّةً وَاحِدَةً (14) فَيَوْمَئِذٍ وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ (15) وَانْشَقَّتِ السَّمَاءُ فَهِيَ يَوْمَئِذٍ وَاهِيَةٌ [الحاقة/13- 16]
Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup, dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur. Maka pada hari itu terjadilah kiamat, dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi lemah. [Al-Haaqqah/69: 13-16].
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
قال الله تعالى: إِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْ (1) وَإِذَا النُّجُومُ انْكَدَرَتْ (2) وَإِذَا الْجِبَالُ سُيِّرَتْ (3) وَإِذَا الْعِشَارُ عُطِّلَتْ (4) وَإِذَا الْوُحُوشُ حُشِرَتْ (5) وَإِذَا الْبِحَارُ سُجِّرَتْ [التكوير/1- 6]
Apabila matahari digulung dan apabila bintang-bintang berjatuhan, dan apabila gunung-gunung dihancurkan, dan apabila unta-unta yang bunting ditinggalkan (tidak diperdulikan), dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan, dan apabila lautan dipanaskan. [At-Takwiir/81: 1-6].
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
قال الله تعالى: إِذَا السَّمَاءُ انْفَطَرَتْ (1) وَإِذَا الْكَوَاكِبُ انْتَثَرَتْ (2) وَإِذَا الْبِحَارُ فُجِّرَتْ (3) وَإِذَا الْقُبُورُ بُعْثِرَتْ [الانفطار/1- 4].
Apabila langit terbelah, dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan, dan apabila lautan dijadikan meluap, dan apabila kuburan-kuburan dibongkar, [Al-Infithar/82: 1-4].
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
قال الله تعالى: {إِذَا السَّمَاءُ انْشَقَّتْ (1) وَأَذِنَتْ لِرَبِّهَا وَحُقَّتْ (2) وَإِذَا الْأَرْضُ مُدَّتْ (3) وَأَلْقَتْ مَا فِيهَا وَتَخَلَّتْ (4) وَأَذِنَتْ لِرَبِّهَا وَحُقَّتْ [الانشقاق/1- 5]
Apabila langit terbelah, dan patuh kepada Rabbnya, dan sudah semestinya langit itu patuh, apabila bumi diratakan, dan memuntahkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong, dan patuh kepada Rabbnya, dan sudah semestinya bumi itu patuh, (pada waktu itu manusia akan mengetahui akibat perbuatannya). [Al-Insyiqaaq/84: 1-5].
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
قال الله تعالى: إِذَا وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ (1) لَيْسَ لِوَقْعَتِهَا كَاذِبَةٌ (2) خَافِضَةٌ رَافِعَةٌ (3) إِذَا رُجَّتِ الْأَرْضُ رَجًّا (4) وَبُسَّتِ الْجِبَالُ بَسًّا (5) فَكَانَتْ هَبَاءً مُنْبَثًّا [الواقعة/1- 6]
Apabila terjadi hari kiamat, terjadinya kiamat itu tidak dapat didustakan (disangkal), (Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain), apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dasyatnya dan gunung-gunung dihancur luluhkan sehancur-hancurnya, maka jadilah ia debu yang beterbangan, [Al-Waaqi’ah/56: 1-6].
عن ابن عمر رضي الله عنهما قال: قال رسول الله- صلى الله عليه وسلم-: «مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَنْظُرَ إلَى يَومِ القِيَامَةِ كَأنَّهُ رَأْيُ عَيْنٍ فَلْيَقْرَأْ: {إِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْ} و{إِذَا السَّمَاءُ انْفَطَرَتْ} و{إِذَا السَّمَاءُ انْشَقَّتْ}». أخرجه أحمد والترمذي
Ibnu Umar Radhiyallahu anhu berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang ingin melihat hari kiamat seakan-akan melihat dengan pandangan mata telanjang, maka hendaklah ia membaca: Apabila matahari digulung. (At-Takwiir/81: 1). Apabila langit terbelah, (Al-Infithar/82:1), Apabila langit terbelah,. (Al-Insyiqaaq/84: 1).” (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi).[1]
Pergantian Bumi dan Langit pada Hari Kiamat:
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
قال الله تعالى: {يَوْمَ تُبَدَّلُ الْأَرْضُ غَيْرَ الْأَرْضِ وَالسَّمَاوَاتُ وَبَرَزُوا لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ (48)} [إبراهيم/48]
(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. [Ibrahim/14: 48].
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
قال الله تعالى: يَوْمَ نَطْوِي السَّمَاءَ كَطَيِّ السِّجِلِّ لِلْكُتُبِ كَمَا بَدَأْنَا أَوَّلَ خَلْقٍ نُعِيدُهُ وَعْدًا عَلَيْنَا إِنَّا كُنَّا فَاعِلِينَ [الأنبياء/104].
(Yaitu) pada hari Kami menggulung langit sebagai menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kami-lah yang akan melaksanakannya.[Al-Anbiyaa/21:104].
Manusia berada di mana saat pergantian langit dan bumi:
عن ثوبان رضي الله عنه مولى رسول الله- صلى الله عليه وسلم- قال: كنت قائماً عند رسول الله- صلى الله عليه وسلم- فجاء حَبرٌ من أَحبار اليهود..- وفيه- فقال اليهودي: أين يكون الناس يوم تبدل الأرض غير الأرض والسماوات؟ فقال رسول الله- صلى الله عليه وسلم-: «هُمْ فِي الظُّلْمَةِ دُونَ الجِسْرِ»، وفي رواية: «عَلَى الصِّرَاطِ». أخرجه مسلم
Dari Tsauban Radhiyallahu anhu maula Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata, ‘Aku berdiri di sisi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu datang salah seorang dari pendeta Yahudi … Orang Yahudi itu berkata, ‘Manusia berada di mana saat terjadi pergantian langit dan bumi?’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Mereka di dalam kegelapan sebelum jembatan.’ Dalam satu riwayat: ‘di atas titian‘.” (HR. Muslim).[2]
Tempat Berhenti yang sangat panas dan huru haranya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengumpulkan semua makhluk setelah membangkitkan mereka dalam satu tanah terbuka di halaman depan hari kiamat dalam kondisi tidak beralas kaki, tidak berpakaian, lagi tidak dikhitan. Dan hal itu untuk memberi keputusan, dan manusia berkeringat menurut ukuran amal perbuatan mereka (semasa hidup di dunia).
عن المقداد بن الأسود رضي الله عنه قال: سمعت رسولَ الله- صلى الله عليه وسلم- يقول: «تُدْنَى الشَّمْسُ يَومَ القِيَامَةِ مِنَ الخَلْقِ، حَتَّى تَكُونَ مِنْهُمْ كَمِقْدَارِ مِيلٍ، فَيَكُونُ النَّاسُ عَلَى قَدْرِ أَعْمَالِهِمْ فِي العَرَقِ فَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إلَى كَعْبَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إلَى رُكْبَتَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إلَى حَقْوَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يُلْجِمُهُ العَرَقُ إلْجَاماً» قال: وأشار رسول الله- صلى الله عليه وسلم- بيده إلى فيه. أخرجه مسلم
Al-Miqdad bin Al-Aswad Radhiyallahu anhu berkata bahwa ‘Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Matahari berada di dekat semua makhluk pada hari kiamat, sampai ada yang berada di dekat mereka seperti ukuran mil. Dalam berkeringat, manusia juga menurut amal ibadah mereka. Di antara mereka ada yang sampai dua mata kakinya, ada yang sampai dua lututnya, ada yang sampai dua pinggangnya, dan ada yang dikekang (digenangi) oleh keringat. Al-Miqdad bin al-Aswad Radhiyallahu anhu berkata: ‘Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan ke mulutnya.” (HR. Muslim).[3]
عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي- صلى الله عليه وسلم- قال: «يَقْبِضُ اللهُ الأرضَ يَومَ القِيَامَةِ، وَيَطْوِي السَّمَاءَ بِيَمِينِهِ ثُمَّ يَقُولُ: أَنَا المَلِكُ، أَيْنَ مُلُوكُ الأرْضِ؟». متفق عليه
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Pada hari kiamat, Allah Subhanahu wa Ta’ala memegang bumi dan melipat langit dengan tangan kanan-Nya, kemudian Dia Subhanahu wa Ta’ala berfirman: Aku adalah Sang Raja, di manakah raja-raja di bumi?” (Muttafaqun ‘alaih).[4]
Allah Subhanahu wa Ta’ala Datang untuk Memberi Keputusan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala akan datang pada hari kiamat untuk memberi keputusan, lalu bumi bersinar dengan cahaya-Nya dan semua makhluk pingsan karena pengaruh, keagungan dan kebesaran-Nya.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
قال الله تعالى: كَلَّا إِذَا دُكَّتِ الْأَرْضُ دَكًّا دَكًّا (21) وَجَاءَ رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفًّا صَفًّا [الفجر/21- 22]
Jangan (berbuat demikian). Apabila bumi digoncangkan berturut-turut, dan datanglah Rabbmu; sedang malaikat berbaris-baris. [Al-Fajr/89: 21-22].
عن أبي هريرة رضي الله عنه أن النبي- صلى الله عليه وسلم- قال: «لاتُخَيِّرُوْنِي عَلَى مُوسَى، فَإنَّ النَّاسَ يَصْعَقُونَ يَومَ القِيَامَةِ فَأَصْعَقُ مَعَهُمْ، فَأَكُونُ أَوَّلَ مَنْ يُفِيقُ فَإذَا مُوسَى بَاطِشٌ جَانِبَ العَرْشِ، فَلا أَدْرِي أَكَانَ فِيْمَنْ صَعِقَ فأَفَاقَ قَبْلِي، أَوْ كَانَ مِمَّن اسْتَثْنَى اللهُ». متفق عليه.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Janganlah kamu mengutamakan aku atas Musa Alaihissallam. Sesungguhnya semua manusia pingsan pada hari kiamat, aku pingsan bersama mereka. Lalu aku adalah orang pertama yang sadar/siuman, ternyata Musa Alaihissallam bergantung dengan kuat di samping Arasy. Aku tidak tahu, apakah dia (Musa Alaihissallam) termasuk orang yang pingsan, lalu siuman lebih dahulu dariku, atau Musa Alaihissallam termasuk orang yang dikecualikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (Muttafaqun ‘alaih).[5]
[Disalin dari مختصر الفقه الإسلامي (Ringkasan Fiqih Islam Bab : Tauhid dan keimanan التوحيد والإيمان ). Penulis Syaikh Muhammad bin Ibrahim At-Tuwaijri Penerjemah Team Indonesia islamhouse.com : Eko Haryanto Abu Ziyad dan Mohammad Latif Lc. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2012 – 1433]
_______
Footnote
[1] Shahih. HR. Ahmad No. 4806. Lihat As-Silsilah Ash-Shahihah No 108. dan At-Tirmidzi No. 3333 dan ini adalah lafazhnya, Shahih Sunan Abu Daud no 2653.
[2] HR. Muslim No. 315 dan No. 2791 dari Aisyah radhiyAllahu ‘anha.
[3] HR. Muslim No. 2864.
[4] HR. Bukhari No 7382 dan Muslim No. 2787.
[5] HR. Bukhari No 2411 dan ini adalah lafazhnya, dan Muslim No. 2373.
Artikel asli: https://almanhaj.or.id/96397-huru-hara-hari-kiamat.html